Senin, 28 Juli 2014

Model Pembelajaran Cooperative tipe T-P-S (Think-Pair-Share)




Menjadi seorang pendidk itu adalah unik. Mengapa? karena para pendidik dituntut menjadi kreatif dalam memberikan pelajaran di kelas. Banyak metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik sebagai sumber untuk membuat suasana pembelajaran menjadi sangat kreatif dan kondusif. Nah dalam tulisan ini saya akan sedikit membagi karya tulisan ilmiah saya tentang salah satu model pembelajaran yang dapat di gunakan oleh pendidik. Diantaranya ialah model Cooperative Learning, berikut pembahasannya :

A.    Hakikat Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, model Think Pair and Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan dan model pembelajaran berbasis diskusi kelas. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think Pair Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Pada hakikatnya model Think Pair and Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. (Anita Lie, 2004:57)
Model Pembelajaran Think Pair Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Model pembelajaran Think PairShare adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain dan  memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
Frank Lyman dkk Univesitas Maryland tahun 1985, dalam Muslimin Ibrahim dkk (2000) Think Pair and Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa Resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
 Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Dalam hal ini berarti guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. (Anita Lie, 2004:57)
Model pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, sama halnya dengan model pembelajaran Think Pair Share ini juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Lie (2004: 46) mengemukakan bahwa keunggulan dari model ini adalah 1) akan meningkatkan partisipasi siswa, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik serta mengoptimalisasikan partisipasi siswa baik dalam bertanya maupun menjawab, karena model ini memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam bertanya dan memberikan jawaban. Adapun kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
Menurut Hartina keunggulan model pembelajaran ini diantaranya:
1.      Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
2.      Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
3.      Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
4.      Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12)
Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12)
.
B.     Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik ataupun ciri-ciri khusus, senada dengan itu ciri utama atau karakteristik pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) yang dikutip dari Ibrahim dkk (2000:26-27).
1.      Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2.      Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3.      Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.


C.    Syntak atau Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model Think Pair Share (TPS)
Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share (Ibrahim dkk, 2000). Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut.

Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1
Pendahuluan
-       Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
-       Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Tahap 2
Think
-       Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi, pertanyaan/masalah yang dikaitkan dengan materi.
-       Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa.
-       Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu dalam waktu yang sudah ditentukan
Tahap 3
Pair
-       Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
-       Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Tahap 4
Share
-       Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
Tahap 5
Evaluasi & Penghargaan
-   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan Siswa dinilai secara individu dan kelompok.

Berikut penjelasan dari tahapan dalam tabel:
a.       Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b.      Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c.       Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

d.      Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

e.       Tahap Evaluasi dan Penghargaan
Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi siswa dan memberikan suatu penghargaan bagi siswa yang memiliki jawaban yang tepat dari permasalahan yang didiskusikan. (Ibrahim dkk, 2000)

Sedangkan menurut Lie, langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share diantaranya :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua  kelompok.
b.    Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri.
c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
d.  Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa berkesempatan  untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Anita Lie, 2004:58).

D.    Implementasi Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Terutama PKN.
Pembelajaran think pair share merupakan pembelajaran berbasis diskusi kelas dengan kelompok siswa berpasangan. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Mengimplementasikan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di sekolah dasar,
Model pembelajaran Think Pair Share mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking), tahap berpasangan (pairing), dan tahap berbagi (sharing). Sebelum memulai setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa berbaris di depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal ini supaya kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan adanya pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang lain, dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam  kelompok berpasangannya.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan think pair share kepada siswa. Pada tahap think, guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit. Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari  jawaban siswa ketika ditanya oleh guru mengenai media/materi yang ditampilkan dan didiskusikan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKS dengan  cara berdiskusi bersama teman sebangkunya atau pasangannya, tahap ini disebut pair. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah share atau berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menanggapi jawaban teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih siswa berani mengeluarkan pendapat dan  berfikir kritis. Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru berupa kartu “smile”.  Siswa yang mendapat kartu “smile” terbanyak menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain pemberian reward, guru juga memiliki cara tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa. Guru memberikan permanian- permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang pembelajaran think pair share ini. Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk mengungkapkan kesimpulan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajan. Untuk mengetahui hasil belajar secara individu, guru memberikan soal evaluasi, berupa soal subyektif yang menuntut kemahiran siswa dalam mengeluarkan pendapatnya atas materi yang telah didiskusikan. Diakhir pengevaluasian siswa, guru sebaiknya memberikan penghargaan atau apresiasi terhadap siswa yang mendapatkan reward paling banyak ( paling aktif ) berupa pujian ataupun berbentk hadiah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan pembelajaran pada hari itu, hal ini untuk memberikan saran pada guru agar pembelajaran selanjutnya lebih baik dan siswa pun dapat termotivasi belajarnya jika guru sering melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, yang berimbas pada prestasi akademik siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar