Menjadi seorang pendidk itu adalah unik. Mengapa? karena para pendidik dituntut menjadi kreatif dalam memberikan pelajaran di kelas. Banyak metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik sebagai sumber untuk membuat suasana pembelajaran menjadi sangat kreatif dan kondusif. Nah dalam tulisan ini saya akan sedikit membagi karya tulisan ilmiah saya tentang salah satu model pembelajaran yang dapat di gunakan oleh pendidik. Diantaranya ialah model Cooperative Learning, berikut pembahasannya :
A.
Hakikat
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran kooperatif,
model Think Pair and Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar
berpasangan dan model pembelajaran berbasis diskusi kelas. Model ini pertama
kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think Pair Share) sebagai struktur
kegiatan pembelajaran gotong royong. Pada hakikatnya model Think Pair and Share
adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan
bekerjasama dengan orang lain. (Anita Lie, 2004:57)
Model Pembelajaran Think Pair Share menggunakan metode
diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Model
pembelajaran Think PairShare adalah salah satu model pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain
dan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Model Pembelajaran Think Pair and
Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi
pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan
pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
Frank
Lyman dkk Univesitas Maryland tahun 1985, dalam Muslimin Ibrahim dkk (2000) Think Pair and Share memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih
banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Think-Pair-Share
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa Resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dapat
memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa
lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di
depan kelas.
Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan
semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Dalam hal ini
berarti guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi,
sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa secara langsung
dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta
mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. (Anita Lie, 2004:57)
Model pembelajaran pasti memiliki
keunggulan dan kelemahan tersendiri, sama halnya dengan model pembelajaran Think Pair Share ini juga memiliki
keunggulan dan kelemahan. Menurut Lie (2004: 46) mengemukakan bahwa keunggulan
dari model ini adalah 1) akan meningkatkan partisipasi siswa, 2) cocok untuk
tugas sederhana, 3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi
masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah
dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari
teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik serta mengoptimalisasikan partisipasi
siswa baik dalam bertanya maupun menjawab, karena model ini memberikan
kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan untuk
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam bertanya dan memberikan
jawaban. Adapun kelemahannya adalah: (1) metode
pembelajaran Think Pair Share belum
banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan
guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal,
(3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai
dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang
dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan
masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
Menurut Hartina keunggulan model pembelajaran ini diantaranya:
1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena
secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru,
serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
2. Siswa akan terlatih menerapkan
konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan
kesepakatan dalam memecahkan masalah.
3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran
karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya
terdiri dari 2 orang.
4. Siswa memperoleh kesempatan untuk
mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada
menyebar. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran (Hartina, 2008: 12)
Sedangkan
kelemahan model pembelajaran ini adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang
rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah
kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12)
.
B.
Karakteristik
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik ataupun ciri-ciri khusus, senada dengan itu ciri utama atau
karakteristik pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share
adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu
langkah think (berpikir secara
individual), pair (berpasangan dengan
teman sebangku), dan share (berbagi
jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) yang dikutip dari Ibrahim dkk (2000:26-27).
1.
Think (berpikir secara individual)
Pada
tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai
pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya
menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua
jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban
yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan
batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar
siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan
yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan
dari tahap ini adalah adanya “think time”
atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir
mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa
lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang
mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.
2.
Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah
kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat
menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau
5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai
hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih
baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3.
Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain
atau seluruh kelas)
Pada
langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil
pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah
ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke
pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan
tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan
penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini
menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah
yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar
siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di
akhir pembelajaran.
C.
Syntak
atau Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model Think Pair Share (TPS)
Langkah-langkah (syntaks) model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri
khas yaitu think, pair, dan share (Ibrahim dkk,
2000). Kelima tahapan pembelajaran dalam model
pembelajaran kooperatif tipe think pair
share dapat dilihat pada tabel berikut.
Langkah-langkah
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Tahap 1
Pendahuluan
|
-
Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
-
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
|
Tahap 2
Think
|
-
Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi, pertanyaan/masalah
yang dikaitkan dengan materi.
-
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa.
-
Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu dalam waktu yang sudah
ditentukan
|
Tahap 3
Pair
|
-
Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
-
Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah
dikerjakan
|
Tahap 4
Share
|
-
Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh
siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
|
Tahap 5
Evaluasi & Penghargaan
|
- Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah
mereka diskusikan,
dan Siswa dinilai secara individu dan kelompok.
|
Berikut
penjelasan dari tahapan dalam tabel:
a.
Tahap
pendahuluan
Awal
pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa
agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga
menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap
kegiatan.
b.
Tahap
think (berpikir secara individual)
Proses
think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali
konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”)
oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan
yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan
dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
c.
Tahap
pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada
tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa
pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa
tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman
sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan
mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara
bersama.
d.
Tahap
share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada
tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara
kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari
kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
e. Tahap
Evaluasi dan Penghargaan
Pada tahap ini, guru
melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi siswa dan memberikan suatu
penghargaan bagi siswa yang memiliki jawaban yang tepat dari permasalahan yang
didiskusikan. (Ibrahim dkk, 2000)
Sedangkan
menurut Lie, langkah-langkah model
pembelajaran Think Pair Share
diantaranya :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
b. Setiap siswa memikirkan dan
mengerjakan tugas sendiri.
c. Siswa berpasangan dengan salah satu
rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam
kelompok berempat. Siswa berkesempatan untuk membagikan hasil kerjanya
kepada kelompok berempat (Anita Lie, 2004:58).
D.
Implementasi
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Terutama PKN.
Pembelajaran think pair share merupakan pembelajaran berbasis diskusi kelas
dengan kelompok siswa berpasangan. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif, dimana model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan
kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong
menolong dalam beberapa perilaku sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23)
menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif
akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan
sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru,
dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada
teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat
orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Mengimplementasikan model
pembelajaran Think Pair Share dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di sekolah dasar,
Model pembelajaran Think Pair Share mempunyai
tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking),
tahap berpasangan (pairing), dan
tahap berbagi (sharing). Sebelum
memulai setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa
berbaris di depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal
ini supaya kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan
adanya pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang
lain, dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam kelompok berpasangannya.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan think pair share kepada siswa. Pada
tahap think, guru mengajukan
pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang media yang
ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit. Untuk
mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari jawaban siswa ketika ditanya oleh guru
mengenai media/materi yang
ditampilkan
dan didiskusikan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKS dengan cara berdiskusi bersama teman sebangkunya
atau pasangannya, tahap ini disebut pair.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, siswa yang belum paham diberi
kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan
gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan
pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam
pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah share atau berbagi, maksudnya adalah
masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil diskusi kepada teman
sekelas. Guru membimbing siswa untuk menanggapi jawaban teman yang menyampaikan hasil diskusi.
Hal ini dilakukan guru untuk melatih siswa berani mengeluarkan pendapat
dan berfikir kritis. Siswa yang aktif
diberikan reward oleh guru berupa kartu “smile”. Siswa yang mendapat kartu “smile” terbanyak menandakan siswa
tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward
ini tentu menambah minat dan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain pemberian reward, guru juga
memiliki cara tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa. Guru
memberikan permanian- permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang
pembelajaran think pair share ini. Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk
mengungkapkan kesimpulan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajan. Untuk mengetahui hasil belajar secara individu, guru
memberikan soal evaluasi, berupa soal subyektif yang menuntut kemahiran siswa dalam
mengeluarkan pendapatnya atas materi yang telah didiskusikan. Diakhir pengevaluasian siswa, guru sebaiknya memberikan penghargaan atau
apresiasi terhadap siswa yang mendapatkan reward
paling banyak ( paling aktif ) berupa pujian ataupun berbentk hadiah yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Dan siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan
pembelajaran pada
hari itu, hal ini untuk
memberikan saran pada guru agar pembelajaran selanjutnya lebih baik dan siswa pun dapat termotivasi belajarnya jika
guru sering melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, yang berimbas pada
prestasi akademik siswa.