Selasa, 19 Agustus 2014

Sekeping Kesaksian #realfrommylife



Aku tahu setiap orang pasti punya pengalaman pribadi bersama Tuhannya. Dalam tulisan kali ini aku hanya ingin membagi sedikit cerita kebersamaanku bersama Tuhanku, Yesus Kristus. Membagi sedikit pengalamanku bersama kebaikan Tuhanku dari salah satu aspek kehidupanku. Aku berdiri menyaksikan sendiri betapa baiknya Tuhan Yesus dalam aspek kehidupanku yang satu ini, yaitu dalam pendidikanku. Disini aku tidak akan menceritakan bagaimana riwayat prestasi pendidikanku dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), melainkan akan bercerita bagaimana Tangan Tuhanku bekerja dalam pendidikanku.
Semua itu berawal saat aku lulus SMA, seperti halnya siswa SMA lainnya yang memiliki mimpi untuk melanjutkan sekolah ke bangku perguruan tinggi yang di inginkan. Demikan halnya aku juga memiliki mimpi untuk dapat melanjutkan sekolah ke bangku perguruan tinggi yang aku inginkan dan fakultas yang aku mau. Teman-teman sekolahku sibuk mendaftar kesana-kemari, mengikuti berbagai macam les untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Sedangkan aku? Aku masih saja belum menentukan jalan apa yang harus aku tempuh, aku hanya memperhatikan teman-temanku sibuk mengakses informasi pendaftaran, sibuk mendaftar, sibuk les ini-itu, sibuk-sesibuknya. Aku dengan keterbatasan informasi dan minim pengetahuan tentang macam-macam jalur pendaftaran ujian di perguruan tinggi dengan percaya diri hanya mendaftar melalui SNMPTN saja, pilihan perguruan tinggi yang aku pilih dalam kartu ujianku pun tidak aku pertimbangkan dengan matang peluang masuknya. Saat itu aku hanya memilih berdasarkan keinginan atau egoku saja, Universitas Negeri Jakarta, fakultas MIPA Biologi dan Universitas Medan (UNIMED), fakultas Biologi. Lagi-lagi dengan rasa percaya diri yang tinggi (tanpa diimbangi informasi peluang masuk lewat jalur SNMPTN) aku percaya akan lulus ujian. Bukan tanpa sebab juga rasa percaya diriku sangat tinggi kala itu, aku melihat nilai rerata rapot mata pelajaran biologiku dari kelas Satu SMA sampai kelas Tiga SMA menyentuh angka sembilan bahkan nilai UAN biologiku delapan, jadi aku berpikir aku pasti lulus.
Saat waktu ujian tiba, dengan semangat aku pergi ke lokasi ujian diantar sama papa. Aku juga melihat semangat yang sama diwajah papaku, dan ia dengan setia menunggu ujianku selesai. Saat pengerjaan soal ujian, tidak ada kesulitan yang cukup menyulitkanku dalam menyelesaikan soal-soal ujian tersebut. Satu per satu mata pelajaran yang di ujikan bisa aku selesaikan dengan cukup baik. Aku merasa aku mampu kok mengerjakan soal ujian itu, aku merasa hebat dapat menyelesaikan soal ujian-ujian itu lima belas menit sebelum bel usai berbunyi. Melihat kemampuanku itu, aku lagi-lagi merasa percaya diri (cenderung sombong mungkin) aku pasti lulus. Aku tidak memperhatikan apakah Tuhan turut bekerja saat aku menyelesaikan soal-soal ujian itu, seperti pada saat aku menyelesaikan soal UAN (Ujian Akhir Nasional) beberapa waktu yang lalu? Ada hal yang aku lupakan saat itu, yaitu berserah dan menyerahkan semuanya pada Tuhan seperti yang aku lakukan beberapa waktu lalu di UAN, namu semua itu terlambat aku sadari. Tiba saat melihat pengumuman hasil ujian SNMPTN, du........aa........rr nomor peserta dan namaku tidak ada diantara barisan nomor dan nama peserta ujian yang terpampang dipengumuman, ini artinya aku TIDAK LULUS. Melihat hasil itu, seketika aku lemas, menangis, kecewa, marah, dan kesal. Di tambah lagi aku mendapat tekanan emosi yang sama dari bapa yang juga sangat kecewa terhadap hasil yang diterima.
Papa merasa semua yang dia lakukan sia-sia, dia merasa sia-sia sudah mengantarkan aku ke lokasi ujian, dia merasa uang yang dia keluarkan untuk pendaftaran itu sia-sia saja.  Bisa dibayangkan bagaimana down nya keadaan mentalku kala itu, disatu sisi aku marah dan kecewa sangat berat terhadap diriku sendiri, disisi yang lain aku menerima kekesalan dan kekecewaan, serta cacian dari orangtua yang selama ini menjadi panutanku. Iya. Cacian. Ada kalimat yang keluar dari mulut papa saat melihat hasil pengumuman itu tidak sesuai harapannya, “Bodoh kau! Bodoh! Masak gitu aja nggak bisa lulus! Bodoh! Buang-buang duit aja kau. Nggak usah kuliah, kalau nggak bisa dapat Universitas Negeri”. Lihat? Anak mana yang tidak semakin down mentalnya saat mendengar kalimat penghakiman seperti itu dari orangtuanya sendiri?. Aku tidak merasa sakit hati atas penghakiman yang dilakukan oleh papaku sendiri, aku malah semakin merasa bersalah karena sudah mengecewakannya, memupuskan harapannya yang besar terhadapku. Aku tidak membencinya karena penghakiman itu, aku membenci diriku sendiri mengapa aku tidak mampu membuatnya merasa bangga (lagi) terhadapku? aku terus saja memarahi diriku sendiri atas kegagalanku ini. Bahkan saat itu aku meluapkan emosi kemarahanku pada Tuhan, aku marah padaNya, aku menanyakan pada Tuhan “Kenapa Tuhan membiarkan ini terjadi? Mengapa Tuhan membiarkan kegagalan ini menyentuh kehidupanku? Bukankah anak-anak Tuhan itu selalu menerima apa yang menjadi keinginannya? Mengapa Tuhan tidak memberikan apa yang menjadi keinginanku (lagi)? Apa aku kurang setia terhadap Tuhan? Apakah selama ini pelayananku sia-sia dimata Tuhan, sehingga Tuhan membiarkan kegagalan menghampiriku?”. Ditambah lagi dengan keputusan papaku yang tidak akan mengizinkan aku kuliah di Universitas Swasta, Ia menyuruhku untuk berhenti diam dirumah sampai tahun depan, saat ada ujian masuk Universitas Negeri lagi. Sejak saat itu, hampir tiga bulan aku berjalan sendiri, merasa ditinggalkan oleh Tuhan Yesus, aku merasa “Sudahlah percuma saja aku menangis dihadapan Yesus”.  Selama tiga bulan aku menjauhi semua aktivitas yang membuat aku dekat denganNya entah itu pelayananku ataupun doa tengah malam, selama tiga bulan aku meratap diatas kegagalanku, dan selama tiga bulan aku terus menyalahkan diriku. Sampai suatu ketika, saat aku mulai lelah menyalahkan diriku, saat aku mulai lelah menangisi kegagalan ini, saat aku lelah memusuhi Yesus, namun Yesus selalu saja menunjukkan kasihNya dengan setia selama tiga bulan itu, saat aku sangat lelah berdiri sendirian tidak ada sahabat, teman, ataupun support dari orangtua sendiri, aku mencari DIA, YESUS. Aku meminta pengampunan, aku meminta maaf atas segala sikapku selama tiga bulan itu, aku tahu itu sudah menyakiti hatiNya. Aku menangis terisak dibawah kakiNya, aku merasa sangat rendah sekali dihadapanNya. Aku katakana padaNya “Tuhan, aku rindu Engkau, aku rindu jamahanMu, aku rindu pemulihanMu, aku mengakui kesalahanku ini Ya, BAPA. Ampuni aku yang telah menyakitiMu, Tuhan apapun yang telah terjadi terhadapku beberapa bulan ini, aku tahu itu adalah bagian dari rencanaMu, dan aku percaya semua itu baik untukku. Bila harus aku merasakan kegagalan ini, aku sadar Engkau sedang mengukir sesuatu yang lebih indah untuk masa depanku. Maafkan aku yang terlalu egois ini BAPA, maafkan aku yang terlalu memaksakan kehendaku terhadapMu. Aku mau kembali berserah dan menyerahkan seluruh kehidupanku, baik itu study ataupun masa depanku.” Ya. Hal itulah yang aku sampaikan kepada Tuhanku dan boleh percaya atau tidak sesaat setelah aku mengucapkan itu aku merasakan tangan Tuhan bekerja sangat cepat dan tepat. Aku merasa lebih baik dari sebelumnya, aku merasakan kebebasan dan kelegaan hati yang amat sangat bebas.
Dari situlah titik balik dari semua keadaanku, aku yang beberapa bulan ini menjadi pemurung, mudah tersinggung dan selalu patah semangat berbalik arah menjadi orang yang benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat. Ini semua benar terjadi, bukan rekayasa yang sengaja aku tulis. Aku menjadi orang yang sangat bersemangat, riang, menjadi lebih bijak memandang suatu hal yang terjadi, menjadi lebih dewasa dalam berpikir, dan satu hal yang kembali lagi didalam diriku yaitu sikap berserah pada Tuhan dan pantang menyerah pada keadaan. Aku merasa imanku ditempa sangat hebat oleh Tuhan dan kasihNya benar-benar DIA curahkan lebih dari sebelumnya. Ya intinya aku bangkit dari kegagalan dan Move Up bersama Yesus. Aku memutuskan untuk mencari pegalaman bekerja sampai waktu ujian masuk Universitas Negeri dibuka kembali. Sekitar awal tahun, dua hari setelah usiaku genap delapan belas tahun aku mencoba mempersiapkan semua kebutuhan melamar pekerjaan. Disini pun aku mengalami hambatan di Ijazah Sekolah Menengah Atasku, semenjak pengumuman ujian itu, papaku bukan hanya menghukumku dengan penghakiman dan skorsing waktu kuliah, tapi juga membiarkan ijazahku tertahan di SMA karena tidak mau mengeluarkan biaya untuk membayar sisa cicilan uang pembangunan sekolah (Dana Pembangunan Sekolah) yang tinggal Rp. 400.000,- lagi. Namun aku tidak kehabisan cara, “Rotan tak ada, akar pun jadi” peribahasa itu mungkin tepat dengan apa yang aku lakukan ini. Aku melamar pekerjaan dengan menggunakan Ijazah SMP, aku katakan pada Yesus “aku hanya ingin mendapatkan pekerjaan untuk sekedar menebus ijazah SMA ku dan untuk biaya pendaftaran-pendaftaran ujian masuk di perguruan tinggi, tolong bantu aku mendapatkannya”. Ya, motivasi itulah yang menguatkan tekadku mencari pekerjaan, dan cuma iman kepada Tuhan Yesus yang memampukan aku berjalan dengan penuh keyakinan “sekali melamar dapat kerja”. Dan itu boleh dipercaya, itu semua benar-benar terjadi. Aku hanya mendatangi satu Pabrik yang berada di daerah Karawang yang sedang membutuhkan karyawan di segala bagian, dimana kala itu ada bagian administrasi untuk yang berijazah SMA, bagian Helper berijzah SMA, dan Sewing (operator jahit) berijazah SMP, dan mengikuti test pada hari itu, serta menerima hasil test hari itu juga. Test yang dilakukan oleh Pabrik Tas brand  NIKE itu sangat sederhana, bagi mereka yang mengenal seluk-beluk menjahit dan perlengkapannya mungkin dengan mudah dan percaya diri akan diterima bekerja disana. Sedangkan aku? Aku tidak tahu apa-apa tentang bagian-bagian mesin jahit, ataupun cara menjahit yang benar. Mengetahui kalau testnya itu berhubungan dengan mesin jahit, cara memasukkan benang jahit dengan benar, dan menjahit dengan pola lurus, zigzag dan melingkar, aku gugup setengah mati. Apakah aku mampu melewati test ini sedangkan aku tidak pernah bersentuhan dengan mesin jahit dan cara-cara menjahit dengan mesin?. Saat itu memang ada rasa tidak percaya diri, rasa yang melemahkan iman percayaku beberapa persen, namun aku hanya bisa berserah pada Tuhan. Aku berserah pada Tuhan apapun yang terjadi hari ini, hasil apapun yang aku terima hari ini dari test kerja, baik itu gagal atau lolos itu semua terserah Yesus. Ya saat itu aku hanya meyakinkan diriku “aku mampu melewati ini apapun hasilnya aku terima dengan sukacita”. Meskipun begitu aku tetap melakukan tawar-menawar dengan Tuhan Yesus agar mau memberikan pekerjaan ini untukku.
Ketika giliranku mengikuti test, stafnya menanyakan padaku apakah aku punya pengalaman menjahit?. Ya tentu aku jawab tidak. Kemudian dengan perlahan staf itu memberi contoh cara memasukan benang jahit yang benar, mencontohkan cara menjahit dengan pola zigzag, lurus dan melingkar padaku. Setelah itu aku disuruh mengulanginya, jika tidak bisa aku dianggap gagal mengikuti test hari ini dan disuruh kembali esok harinya. Kala itu, yang ada dipikiranku, Mengapa staf itu memberi contoh terlebih dahulu terhadapku sedangkan kepada peserta lain tidak memberikan contoh terlebih dahulu padahal diantara kami ada yang sama-sama tidak memiliki pengalaman menjahit? Ah. Tapi hal itu aku biarkan tidak terjawab, aku hanya fokus terhadap test ini. Setelah test usai, kami para peserta test diminta untuk menunggu beberapa jam untuk mendengarkan pengumumannya. Ada sekitar 4-5 jam aku dan peserta lain menunggu hasil pengumuman di pabrik itu, dan akhirnya penantianku yang berjam-jam itu terbayarkan dengan hasil yang aku inginkan yaitu “Diterima Bekerja”. Aku sangat bersyukur, dalam perjalanan pulang aku sempat meneteskan airmata saat mengucap syukur pada Tuhan. Inilah dasar dari segala yang kuharapkan, bukti dari segala yang tak kulihat, Iman memberikanku kekuatan untuk melakukan perkara yang hebat, dan itu semua hanya dilakukan bersama Tuhan. Hal yang tidak pernah bisa aku lakukan, dengan Iman ternyata bisa aku lakukan dan lewati, dan apa yang kuterima saat itu bukan karena kekuatanku melainkan karena kebaikan Tuhan dan kasihNya Tuhan terhadapku. Sungguh hal yang diluar pikiranku, namun Tuhan nyatakan dengan sangat indah. Semenjak diterima bekerja, aku lebih bisa menghargai yang namanya hidup, aku bisa mengatakan bahwa ternyata hidup adalah anugerah yang Tuhan berikan, dan sudah seharusnya dalam hidupku menyenangkan Tuhan, Sang pemberi Anugerah. Sudah seharusnya pula aku mengucap syukur atas semua pemberian Tuhan, baik itu masalah, berkat, atau apapun itu. Karena sejatinya semua yang Tuhan berikan itu adalah cara Tuhan menempa karakter Iman, Rohani, dan Jasmaniku.
Selama tiga bulan aku bekerja di Pabrik itu, karena memang masa kontraknya cuma tiga bulan, lalu kalau selama tiga bulan itu terlewati dengan baik akan ada pengangkatan karyawan tetap. Dan selama tiga bulan itu, jalanku tidak selalu tanpa kabut yang pekat, ada-ada saja yang terjadi didalamnya. Ya. Namanya juga anak baru jadi wajar saja jika ada masalah dengan pekerjaan dan supervisior. Selain itu, ada-ada juga permasalahan keluargaku dirumah yang terkadang membuat aku tak bisa membendung airmata tapi tetap mampu bersukacita. Namun sekali lagi aku hanya memandang pada Yesus dan berserah pada Yesus. Aku membiarkan dengan Iman, tangan Tuhan yang bekerja atas semua yang terjadi di kehidupanku. Selama bekerja, berat badanku naik, dan aku merasa sangat bebas menjalani apapun yang ada di depanku. Tidak ada lagi tangis semalam suntuk, ataupun keluh kesah semalam suntuk. Aku selalu bisa mengucap syukur, dan bersukacita. Semua yang pernah aku minta pada Yesus diawal aku mencari pekerjaan, yaitu menebus ijazah SMA sudah tercapai, dan Tabunganku pun cukup untuk mendaftar ujian masuk perguruan tinggi jadi aku tidak perlu lagi meminta orangtuaku mengeluarkan biaya-biaya pendaftaran dan ongkos ke lokasi ujian. Setidaknya ini bisa sedikit meringankan beban orangtuaku, dan membiarkan orangtuaku fokus terhadap biaya perkuliahanku nanti. Selama tiga bulan itu aku bekerja dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk mengikuti ujian, bekerja sambil belajar. Pulang kerja, tidak ada waktu untuk bermain aku hanya berkutat dengan buku buku pemantapan ujian.
Waktu pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi pun tiba, kali ini aku mengikuti Ujian Masuk (UM) UNJ, dan SNMPTN lagi. Keduanya berlangsung di UNJ Jakarta, dan Universitas Indonesia (UI) Depok. Untuk ujian masuk Universitas Negeri Jakarta (UNJ) aku mengambil fakultas Psikologi dan Bimbingan Konselling, karena menurut informasi yang ada peminatnya di tahun lalu sangat sedikit dan peluang masuknya pun sangat besar. Sedangkan untuk ujian masuk melalui SNMPTN, Universitas dan fakultas yang aku ambil itu masih Universitas Negeri Medan (UNIMED) fakultas Pendidikan Biologi, dan Universitas Mulawarman Kalimantan (UNMUL) fakultas Kehutanan. Aku sengaja mengambil Universitas Mulawarman fakultas kehutanan, karena memang jaranga da yang minat ke fakultas itu. Aku tahu bahwa persentase kelulusan setiap peserta SNMPTN itu masing-masing peserta hanya 0,09 %, hal ini dikarenakan peminat dan pesertanya semakin tinggi dari seluruh pelosok Indonesia. Dan kali ini, aku sudah mempersiapkan diri dari segala kemungkinan terburuk sekalipun bahkan kedua orangtuaku pun sudah aku ajak berbicara dengan baik-baik tentang semua kemungkinan yang terjadi. Puji Tuhan, mereka sedikit mengerti walau hanya sedikit tapi itu cukup membuatku tenang akan reaksi mereka nanti jika hal buruk yang terjadi. Kali ini aku lebih siap menerima apapun yang terjadi, mungkin karena aku lebih memilih menyerahkan semuanya pada Yesus dan mempercayai rancangan yang telah disediakan oleh Tuhan untuk masa depanku. Singkat cerita, ujianku berlalu dan aku tinggal menunggu hasilnya saja. Dan ketika hasilnya adalah kegagalan lagi untuk kedua kalinya, aku merasa lebih baik dari sebelumnya meskipun lagi-lagi papaku kecewa. Tapi ya inilah jalanku, Tuhan tidak mengizinkan aku untuk menikmati jenjang pendidikan di Universitas Negeri. Bukan tanpa sebab hal ini terjadi, aku yakin Tuhan sudah mempertimbangkan semuanya dengan baik mulai dari kemampuanku dan kemampuan ekonomi keluargaku. Aku yang sudah berserah dan memutuskan tekad memilih Universitas swasta saja yang ternyata tidak diimbangi oleh keputusan papaku. Dia tetap saja berupaya mencari celah agar aku diterima masuk kuliah di Unversitas Negeri Jakarta, dia mencari chanel belakang untuk memudahkan aku masuk ke UNJ, dia bersedia membayar seberapa besar biaya beli kursi cuma untuk mementingkan gengsinya dihadapan rekan-rekan kerjanya serta sanak saudara. Aku mengatakan padanya untuk apa membuang-buang uang dengan percuma untuk membeli kursi? Itu uang baru beli kursi saja belum biaya kuliah dan biaya hidup di Jakarta nanti. Aku bersikeras menolak masuk lewat jalur belakang itu, karena menurutku hal itu akan menyusahkan dirinya sendiri saja, dan membuat beban baru. Aku berseru pada Yesus mengatakan kenapa orangtuaku tidak bisa menyingkirkan egonya dan kenapa harus merasa menjaga gengsi seperti itu? Aku tahu, Yesus lebih paham tentang jalan masa depanku. Aku tak mengelak jika memang ada rasa kecewa dalam hatiku atas kegagalanku yang kedua ini, tapi apa gunanya jika aku bersikap seperti saat aku gagal untuk yang pertamakali? Kali ini aku berpikir “out of the box”, dimana pun nanti aku menempuh pendidikan selanjutnya, aku tahu itu sesuai dengan kemampuanku dan kemampuan ekonomi keluargaku. Aku yakin Tuhan sudah memikirkan semuanya sampai akhir nanti saat gelar sarjana ada ditanganku. Aku berusaha membujuk papaku agar mau melunakan ego dan gengsinya sedikit demi masa depanku. Aku berusaha memberikan pilihan-pilihan universitas yang memang sedikit meringankan biaya dan beban mereka. Ada Universitas Sahid Jakarta yang memberikan aku beasiswa selama 3 semester pertama, namun papaku menolak dengan alasan fakultas yang aku ambil di Universitas Sahid (fakultas hukum) itu percuma, kalau mau ambil fakultas hukum lebih baik aku dikirim ke Kalimantan saja katanya seperti itu. Dan ada beberapa Universitas lainnya lagi yang sama-sama memberikan aku beasiswa selama 3-4 semester pertama perkuliahan (diantaranya Universitas Sisingamangaraja Medan), namun tetap saja ditolak oleh papaku. Disini kesabaranku sedikit di uji, aku tidak bisa memahami jalan pikiran orangtuaku yang satu ini. sampai ketika ada orang yang menunjukan (memperkenalkan) kampusku sekarang ini kepada papaku, entah kalimat apa yang disampaikan orang itu sampai-sampai papaku berubah pikiran menjadi bersedia menguliahkan aku di Universitas swasta. Tak perlu panjang lebar bagaimana aku bisa sampai dikampusku sekarang ini, STKIP SUBANG, dan tak perlu aku ceritakan apakah aku senang berada dan menjadi bagian kampus itu. Yang jelas adalah ini semua kemurahan Tuhan dan kebaikan Tuhan bekerja untukku selama aku berada dikampus STKIP SUBANG sampai saat ini dan akhir nanti gelar sarjana aku dapatkan.
Semester awal atau tingkat pertama aku berada dikampus itu, aku kost seorang diri. Sungguh kota mati, Subang itu. Aku tidak habis pikir kenapa aku bisa sampai disini? Bagaimana tidak aku sebut kota mati, jam 4 sore kebawah sudah tidak ada kendaraan umum untuk bepergian kemana-mana. Dibawah jam 4 pun suasana sudah mulai mencekam, sepi, gelap, dan scary  sekali untuk seorang anak gadis. Namun setidaknya aku tidak sendiri, ada empat temanku seperjuangan yang selalu menemaniku dan mereka ini adalah “burung gagak” yang menjagaku dan memeliharaku selama semester awal dan sampai sekarang. Tuhan bekerja memang diluar pikiran manusia, burung gagak pun IA pakai untuk memeliharaku selama tingkat pertama perkuliahan. Mereka selalu memberikan keceriaan, mereka selalu tidak sungkan memberikan apa yang mereka punya, aku belajar arti “memberi” dari mereka. Selain dari mereka, ada lagi yang Tuhan kerjakan untuk menjaga kebutuhanku selama dikostan, ini boleh dipercaya atau tidak, namun hal ini memang terjadi bahkan sampai detik ini pun aku masih merasa “ini hebat”. Sewaktu uang jajanku di dompet mulai menipis, hampir setiap harinya, saat waktu pulang kuliah ada saja sejumlah uang yang aku temukan di jalan menuju kostanku. Entah itu dua puluh ribu, tiga puluh lima ribu, bahkan lima puluh ribu rupiah aku temukan di jalan menuju tempat kostku. Ini memang sulit dipercaya, tapi ya memang itu yang terjadi, ternyata Tuhan tidak pernah membiarkan siapapun anakNya yang berserah kepadaNya kekurangan sedikitpun. Aku selalu terpelihara oleh kemurahanNya setiap hari, walau melalui cara yang tidak masuk akal seperti itu. Terlihat betapa baikNya Tuhan Yesus padaku, saat aku menolak dengan keras berada di tempat itu, dengan gigih pula IA menunjukan kasihNya, kebaikanNya padaku. Aku melihat dan belajar bahwa ternyata apa yang menurut pandanganku tidak baik, belum tentu tidak baik dimata Tuhan. Apa yang aku mau, belum tentu yang aku butuhkan. Yang mampu aku lakukan hanya satu, yaitu mensyukuri apapun yang Tuhan berikan, mensyukuri dimana pun Tuhan meletakkanku. Hal ini terbukti sampai saat ini, aku mampu menjadi mahasiswi yang berani berbicara di depan umum, aku mampu menjadi mahasiswi yang indeks prestasinya cukup baik bahkan sampai di tingkat akhir ini Tuhan selalu mencukupkan apa yang menjadi kebutuhan perkuliahanku, Tuhan selalu mengadakan apa yang aku perlukan untuk perkuliahanku dengan tepat waktu. Meskipun perjalananku sampai ditingkat akhir ini banyak kerikiril-kerikil yang menyulitkan langkahku, banyak masalah yang silih berganti masuk dalam kehidupanku, banyak hal yang terkadang melemahkan Imanku namun jauh di dalam lubuk hatiku aku selalu mengingat Yesus, selalu mengandalkan Yesus bahkan hanya berani menangis dihadapanNya saja. Hanya bersama Yesus aku mampu tersenyum dalam sesaknya masalah yang silih berganti itu, hanya bersama Yesus aku mampu berdiri setegar karang karena kekuatanku ya hanya Yesus. Terlalu banyak kebaikanNya yang aku terima sampai saat ini, aku benar-benar merasa sangat beruntung memiliki Tuhan Yesus yang penuh dengan kasih. Hanya Yesus, hanya Tuhan Yesus yang mampu mengukir aku seindah ini.
Sekiranya tulisan ini hanyalah sedikit caraku mengucap syukur pada Tuhan atas semua kebaikanNya dan KemurahanNya padaku. Dan ini hanya sekeping caraku membagi rasa syukurku atas apa yang aku terima dari pada Tuhan Yesus. Manusia mana yang bisa setia berada disampingmu dan dapat selalu kamu andalkan saat susah ataupun senang? Adakah? Tidak. Karena manusia (siapapun itu, sahabat, kekasih, saudara, orangtua) memiliki keterbatasan yang sama denganmu, hanya Tuhanmu, hanya Tuhanku saja yang mampu setia dan dapat selalu diandalkan di setiap langkah. Sebelum aku mengakhiri tulisanku ini, ada sebait suratku untuk Tuhanku, Yesus Kristus.
“Ya, BAPAku yang baik, apalah aku dihadapanMu? Aku ini cuma seonggok daging yang tidak pernah lepas dari kesalahan, yang disengaja ataupun tidak disengaja. Maafkan aku BAPA, sampai saat ini aku masih saja belum mampu melakukan yang sesungguhnya menjadi kerinduanMu terhadapku. Namun percayalah Tuhanku, hatiku selalu tertuju padaMu BAPA. Dan hanya BAPA yang selalu aku jadikan tempat bersandar, aku benar-benar hilang arah jika aku jauh dari dekapanMu, BAPA. Aku membutuhkanMu, BAPA melebihi nafasku yang selalu berhembus. Semua yang sedang dan akan terjadi di dalam hidupku, hanya aku taruhkan kedalam tanganMu, BAPA. Aku hanya mau memandang Engkau, ya BAPA. Pengharapanku hanya padaMu, BAPA. Inilah hatiku, aku tahu Kau lebih mengenal aku dan hatiku.  Terimakasih BAPA, aku selalu merindukanMu. Iya, selalu merindukan kehadiranMu dalam setiap jengkal kehidupanku. Tetaplah berada disampingku BAPA, aku akan terus berjuang untuk tetap setia sampai Kau memanggilku kembali bersamaMu di singgah kerajaanMu”
Sekali lagi, terimakasih Yesusku atas seluruh kebaikanMu. Aku akan terus belajar mencintaiMu lebih lagi sampai nanti aku kembali padaMu.

Senin, 28 Juli 2014

Model Pembelajaran Cooperative tipe T-P-S (Think-Pair-Share)




Menjadi seorang pendidk itu adalah unik. Mengapa? karena para pendidik dituntut menjadi kreatif dalam memberikan pelajaran di kelas. Banyak metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik sebagai sumber untuk membuat suasana pembelajaran menjadi sangat kreatif dan kondusif. Nah dalam tulisan ini saya akan sedikit membagi karya tulisan ilmiah saya tentang salah satu model pembelajaran yang dapat di gunakan oleh pendidik. Diantaranya ialah model Cooperative Learning, berikut pembahasannya :

A.    Hakikat Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model Think Pair Share adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, model Think Pair and Share dapat juga disebut sebagai model belajar-mengajar berpasangan dan model pembelajaran berbasis diskusi kelas. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think Pair Share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Pada hakikatnya model Think Pair and Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. (Anita Lie, 2004:57)
Model Pembelajaran Think Pair Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Model pembelajaran Think PairShare adalah salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain dan  memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
Frank Lyman dkk Univesitas Maryland tahun 1985, dalam Muslimin Ibrahim dkk (2000) Think Pair and Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa Resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
 Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Dalam hal ini berarti guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. (Anita Lie, 2004:57)
Model pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, sama halnya dengan model pembelajaran Think Pair Share ini juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Lie (2004: 46) mengemukakan bahwa keunggulan dari model ini adalah 1) akan meningkatkan partisipasi siswa, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, 4) interaksi lebih mudah, dan 5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok. Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik serta mengoptimalisasikan partisipasi siswa baik dalam bertanya maupun menjawab, karena model ini memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam bertanya dan memberikan jawaban. Adapun kelemahannya adalah: (1) metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan di sekolah, (2) sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal, (3) menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan, (4) mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
Menurut Hartina keunggulan model pembelajaran ini diantaranya:
1.      Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
2.      Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
3.      Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
4.      Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12)
Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12)
.
B.     Karakteristik Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik ataupun ciri-ciri khusus, senada dengan itu ciri utama atau karakteristik pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) yang dikutip dari Ibrahim dkk (2000:26-27).
1.      Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2.      Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3.      Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.


C.    Syntak atau Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model Think Pair Share (TPS)
Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share (Ibrahim dkk, 2000). Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut.

Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1
Pendahuluan
-       Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
-       Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Tahap 2
Think
-       Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi, pertanyaan/masalah yang dikaitkan dengan materi.
-       Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa.
-       Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu dalam waktu yang sudah ditentukan
Tahap 3
Pair
-       Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
-       Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Tahap 4
Share
-       Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
Tahap 5
Evaluasi & Penghargaan
-   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan Siswa dinilai secara individu dan kelompok.

Berikut penjelasan dari tahapan dalam tabel:
a.       Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b.      Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c.       Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

d.      Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

e.       Tahap Evaluasi dan Penghargaan
Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi siswa dan memberikan suatu penghargaan bagi siswa yang memiliki jawaban yang tepat dari permasalahan yang didiskusikan. (Ibrahim dkk, 2000)

Sedangkan menurut Lie, langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share diantaranya :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua  kelompok.
b.    Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri.
c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
d.  Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa berkesempatan  untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Anita Lie, 2004:58).

D.    Implementasi Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Terutama PKN.
Pembelajaran think pair share merupakan pembelajaran berbasis diskusi kelas dengan kelompok siswa berpasangan. Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetahuan itu hanya dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Mengimplementasikan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di sekolah dasar,
Model pembelajaran Think Pair Share mempunyai tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (thinking), tahap berpasangan (pairing), dan tahap berbagi (sharing). Sebelum memulai setiap pembelajaran, guru menyiapkan nomor undian bangku, siswa berbaris di depan kelas untuk mengambil nomor undian bangku. Guru melakukan hal ini supaya kelompok yang terbentuk tiap pertemuan berubah. Diharapkan dengan adanya pergantian kelompok ini, siswa dapat lebih akrab antara satu dengan yang lain, dan menghindari kesenjangan kelompok, sebab think pair share ini membutuhkan kerja sama yang baik dalam  kelompok berpasangannya.
Pada kegiatan inti, guru menerapkan think pair share kepada siswa. Pada tahap think, guru mengajukan pertanyaan dan meminta siswa untuk berfikir sejenak tentang media yang ditunjukkan oleh guru. Waktu berfikir ini kurang lebih 3-5 menit. Untuk mengetahui hasil pemikiran siswa, dapat diperoleh dari  jawaban siswa ketika ditanya oleh guru mengenai media/materi yang ditampilkan dan didiskusikan. Selanjutnya, siswa mengerjakan LKS dengan  cara berdiskusi bersama teman sebangkunya atau pasangannya, tahap ini disebut pair. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah share atau berbagi, maksudnya adalah masing- masing kelompok pasangan menyampaikan hasil diskusi kepada teman sekelas. Guru membimbing siswa untuk menanggapi jawaban teman yang menyampaikan hasil diskusi. Hal ini dilakukan guru untuk melatih siswa berani mengeluarkan pendapat dan  berfikir kritis. Siswa yang aktif diberikan reward oleh guru berupa kartu “smile”.  Siswa yang mendapat kartu “smile” terbanyak menandakan siswa tersebut aktif dalam pembelajaran. Adanya reward ini tentu menambah minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain pemberian reward, guru juga memiliki cara tersendiri dalam membangkitkan minat belajar siswa. Guru memberikan permanian- permainan pada tiap pertemuan untuk menunjang pembelajaran think pair share ini. Pada tahap akhir, siswa diarahkan untuk mengungkapkan kesimpulan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajan. Untuk mengetahui hasil belajar secara individu, guru memberikan soal evaluasi, berupa soal subyektif yang menuntut kemahiran siswa dalam mengeluarkan pendapatnya atas materi yang telah didiskusikan. Diakhir pengevaluasian siswa, guru sebaiknya memberikan penghargaan atau apresiasi terhadap siswa yang mendapatkan reward paling banyak ( paling aktif ) berupa pujian ataupun berbentk hadiah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan siswa juga diminta untuk mengungkapkan kesan pembelajaran pada hari itu, hal ini untuk memberikan saran pada guru agar pembelajaran selanjutnya lebih baik dan siswa pun dapat termotivasi belajarnya jika guru sering melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, yang berimbas pada prestasi akademik siswa.