Senin, 10 Agustus 2015

Indonesia Jatuh Sakit (Surat Terbuka Untuk Indonesiaku)



DIRGAHAYU INDONESIA !
by : irna
Ya, kalimat itu sebentar lagi kurang dari sebulan akan segera berkumandang di seantero penjuru Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, bendera Merah-Putih akan menghiasi jalan-jalan utama provinsi, rumah-rumah warga, instansi-instansi pemerintah, sekolah-sekolah, bahkan gang-gang sempit dimana pemukiman kumuh berada. Pertanda bahwa peringatan hari kemerdekaan NKRI sedang berlangsung, hari yang sangat sakral, hari yang sangat dinantikan untuk NKRI. 70 tahun sudah Negara Kesatuan Republik Indonesia (masih bisa) hidup. Tiga masa sudah dilalui oleh negeriku tercinta ini, orde lama, orde baru, dan reformasi, bahkan kini ada seorang bapak beserta teman-temannya yang katanya ingin merevolusi (mental) negaraku tercinta. Teruntuk bapak dan teman-temannya yang baik hati yang berniat merevolusi (mental) negaraku ini, teruntuk kalian yang katanya generasi penerus bangsa, bacalah surat terbuka yang kusampaikan ini.

Surat yang ditulis oleh seorang anak Indonesia yang awam dan muak dengan keadaan negeriku yang sekarang ini, dimana terlalu sering negeri ini dibikin jatuh sakit, bahkan alam negeri yang terkenal indah ini pun sering sakit dibikin oleh penghuninya. Lima belas kali (semenjak duduk dibangku SD) aku memperingati hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, banyak cara yang dilakukan olehku dan seluruh penghuni negeri ini untuk memperingatinya, mulai dari manisnya perlombaan tujuh belasan (ada lomba makan kerupuk, balap karung, memasukkan paku kedalam botol, memindahkan bendera, panjat pinang, dan masih banyak lagi), semaraknya upacara tujuh belasan yang diikuti oleh penghuni negeri ini termasuk aku (berseragam sekolah lengkap, berdiri ditengah lapangan mendengarkan Pembina berpidato tentang perjuangan Ir. Soekarno dan pahlawan lainnya merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah, menyanyikan lagu tujuh belas agustus), kegiatan karnaval menghias sepeda, melakukan kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Namun sayang sangat disayang, selama lima belas kali aku memperingati kemerdekaan Indonesia aku diperlihatkan oleh tingkah laku penghuni negeri ini yang menyakiti negeriku tercinta ini. Dari media aku melihat dan mendengar bahwa Mereka yang katanya ingin membangun sistem pemerintahan, yang katanya ingin membangun negeri, yang katanya ingin menyejahterakan rakyat, yang katanya ingin menumpas kemiskinan, yang katanya ingin membuat Indonesia berdaulat dimata asing, yang katanya blablablabla. . . . . (ah terlalu banyak “katanya” belum banyak buktinya, ya namanya juga baru katanya) malah sibuk membangun kerajaannya sendiri, sibuk menyejahterakan dirinya sendiri, sibuk tertidur saat membahas kemiskinan, sibuk memikirkan strategi agar tetap bisa duduk dibangku panas dan tertingi di negeri ini (bangku eksekutif, legislatif, dan bangku tinggi lainya). Kasus korupsi berserakan dimana-mana seperti sampah busuk yang baunya merusak indahnya lingkungan negeriku tercinta dan membuat kemiskinan, pengangguran, serta kesenjangan sosial pun semakin terlihat nyata dihadapanku, ketiga hal itu (kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial) merusak hati penghuni negeriku, yang dengan tidak segan menjadi ‘begal’ untuk sesuap nasi. Mungkin mereka punya seribu satu jawaban untuk menyanggah apa yang aku lihat ini, namun realitanya memang seperti itu negeriku sedang dibuat jatuh sakit

Teruntuk Bapak dan teman-temannya yang katanya berniat (sedang) merevolusi (mental) negeriku ini, banyak sekali pemberitaan di media massa terkait bapak dan teman-teman bapak yang memojokkan, berkata dengan nada sinis tentang niatan untuk merevolusi (mental) negeriku ini, banyak pemberitaan negatif terkait kinerja bapak dan teman-teman bapak yang lamban yang mungkin akan membuat penghuni negeri ini perlahan hilang kepercayaannya terhadap bapak dan teman-teman. Namun bukan itu yang ingin aku sampaikan pada bapak dan teman-teman, kemerdekaan Indonesia akan segera kita peringati tapi keadaan Indonesia belum juga sembuh pak malah semakin sakit. Isu-isu krisis ekonomi merebak ke penjuru negeri, daya beli rakyat melemah pak, nilai tukar rupiah juga jatuh sakit pak yang aku rasa bapak dan teman-teman lebih mengetahui dan memahami hal itu semua, belum lagi moral generasi bangsa yang semakin sakit pak. Aduh, pak banyak ibu rumah tangga disekitar rumahku yang mengeluh akibat harga bahan pokok mahal. Aduh, pak banyak generasi penerus bangsa kita yang sudah sakit moralnya, mereka kecanduan gadget dan terkena dampak negatif dari penggunaan gadget, banyak dari mereka yang bergaul dengan teman sebayanya menggunakan kata-kata kasar kebun binatang, bahkan pada orangtua, guru atau yang lebih tua. Aduh, pak sekarang ini, banyak generasi bangsa (para pemuda, bahkan anak Sekolah Dasar) yang demen diam di tempat gelap bersama lawan jenisnya, bahkan di tempat umum sekalipun mereka tidak sungkan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermoral. Apalagi sebagian besar anak usia Sekolah Dasar yang aku temui tidak hafal pancasila, dan sejarah bangsanya sendiri dalam merebut kemerdekaan malah lebih hafal cerita sinetron yang bermaskot serigala, lagu-lagu pop yang lagi top, dan game online yang lagi ngetrend. Loro atiku pak lihat itu semua, aku ini mahasiswi keguruan pak jadi merasa sangat miris melihat kenyataan seperti itu aku tidak mau berjanji pasti bisa memperbaiki generasi penerus bangsa, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik generasi penerus bangsa menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan moralnya pun sembuh pak. Bapak dan teman-temannya yang berniat (sedang) merevolusi (mental) negeriku ini, tolong berikan perawatan yang terbaik untuk negeriku ini pak, katakan pada teman-teman bapak supaya berhenti membuat Indonesia jatuh sakit, karena kalau tidak demikian untuk apa Indonesia setiap tahun memperingati hari kemerdekaannya, jika ternyata Indonesia masih dijajah oleh keegoisan sebagian teman-teman bapak, masih dijajah oleh kemiskinan, masih dijajah oleh kebijakan-kebijakan yang berputar-putar ditempat, dan  masih jatuh sakit seperti ini pak

Juga teruntuk generasi penerus bangsa yang membaca surat ini, janganlah kiranya kalian membuat negeriku ini jatuh sakit lebih parah lagi dengan kelakuan kalian yang tidak bermoral, janganlah juga kiranya kalian menyakiti lagi alam negeriku yang indah ini demi kepentingan pribadi. Alam negeriku dibuat sakit akibat ulah para penghuninya yang membunuh paru-paru dari alam negeriku, mengotori salah satu gunung tertinggi dengan sampah, bukan cuma di gunung tertinggi, bahkan pantai negeriku pun kalian cemari dengan sampah. Berhentilah menyakiti alam dengan limbah-limbah yang berbau busuk sehingga ikan-ikan harus meregang nyawa, berhentilah membunuh paru-paru alam negeriku sehingga kera-kera, dan primata buas lainnya harus turun ke pemukiman penduduk cuma untuk cari makan, berhentilah menggusur sawah cuma untuk dijadikan perumahan. Ayo segera lakukan perubahan, berhentilah berselfie ria dipuncak gunung atau di pantai, berhentilah sibuk dengan gadget kalian untuk hal yang tidak penting, ayo segerakan perubahan untuk Indonesia, apakah aku harus melihat alam negeriku terjatuh sakit (lagi) saat hari kemerdekaannya diperingati? Apakah tidak ada lagi rasa cinta kalian terhadap Indonesia? Apakah kalian tidak merasa malu pada diri sendiri jika ternyata bangsa asing lebih mampu menghargai dan mencintai Indonesia beserta keindahan alamnya? Apakah kalian tidak merasa sedih melihat Indonesia, tempat kalian berpijak terus-menerus berada dalam keadaan sakit?. Bung Karno pernah mengatakan “beri aku sepuluh pemuda saja, maka akan kutaklukan dunia”, tapi apakah cukup hanya sepuluh pemuda untuk menyembuhkan Indonesia? Aku rasa tidak, dibutuhkan lebih banyak pemuda bahkan seluruh generasi bangsa untuk menyembuhkan Indonesia, artinya semua yang merasa dirinya anak Indonesia, generasi penerus bangsa baik pemuda/pemudi, bapak dan teman-temannya yang berniat merevolusi (mental) negeriku tadi harus berjuang bersama-sama menyembuhkan Indonesia dan menyembuhkan  alamnya yang indah. 

Dengan surat ini, aku merasa lega bisa mengungkapkan kesedihanku melihat negeriku tercinta, tanah airku yang indah tergeletak jatuh sakit sekian lama. Melalui surat ini pun aku sampaikan ajakan kepada kalian yang membaca untuk segera melakukan perubahan, perawatan, penyembuhan untuk Indonesia, negeriku dan negeri kita semua. Seperti yang dikatakan oleh seseorang kepadaku “jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan padamu, tapi tanyakanlah pada dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu”, ayo berikan yang terbaik untuk menyembuhkan Indonesia agar perjuangan Bung Karno dan kawan-kawan saat merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah tidak sia-sia. Ayo segerakan penyembuhan untuk Indonesia. Dirgahayu Indonesiaku.