DIRGAHAYU INDONESIA !
by : irna
Ya,
kalimat itu sebentar lagi kurang dari sebulan akan segera berkumandang di
seantero penjuru Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, bendera Merah-Putih
akan menghiasi jalan-jalan utama provinsi, rumah-rumah warga, instansi-instansi
pemerintah, sekolah-sekolah, bahkan gang-gang sempit dimana pemukiman kumuh
berada. Pertanda bahwa peringatan hari kemerdekaan NKRI sedang berlangsung,
hari yang sangat sakral, hari yang sangat dinantikan untuk NKRI. 70 tahun sudah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (masih bisa) hidup. Tiga masa sudah dilalui
oleh negeriku tercinta ini, orde lama, orde baru, dan reformasi, bahkan kini
ada seorang bapak beserta teman-temannya yang katanya ingin merevolusi (mental)
negaraku tercinta. Teruntuk bapak dan teman-temannya yang baik hati yang
berniat merevolusi (mental) negaraku ini, teruntuk kalian yang katanya generasi
penerus bangsa, bacalah surat terbuka yang kusampaikan ini.
Surat yang ditulis
oleh seorang anak Indonesia yang awam dan muak dengan keadaan negeriku yang
sekarang ini, dimana terlalu sering negeri ini dibikin jatuh sakit, bahkan alam negeri yang terkenal indah ini pun sering sakit dibikin oleh penghuninya. Lima
belas kali (semenjak duduk dibangku SD) aku memperingati hari kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, banyak cara yang dilakukan olehku dan
seluruh penghuni negeri ini untuk memperingatinya, mulai dari manisnya
perlombaan tujuh belasan (ada lomba makan kerupuk, balap karung, memasukkan
paku kedalam botol, memindahkan bendera, panjat pinang, dan masih banyak lagi),
semaraknya upacara tujuh belasan yang diikuti oleh penghuni negeri ini termasuk
aku (berseragam sekolah lengkap, berdiri ditengah lapangan mendengarkan Pembina
berpidato tentang perjuangan Ir. Soekarno dan pahlawan lainnya merebut
kemerdekaan Indonesia dari penjajah, menyanyikan lagu tujuh belas agustus),
kegiatan karnaval menghias sepeda, melakukan kegiatan sosial, dan lain
sebagainya. Namun sayang sangat disayang, selama lima belas kali aku
memperingati kemerdekaan Indonesia aku diperlihatkan oleh tingkah laku penghuni
negeri ini yang menyakiti negeriku
tercinta ini. Dari media aku melihat dan mendengar bahwa Mereka yang katanya
ingin membangun sistem pemerintahan, yang katanya ingin membangun negeri, yang
katanya ingin menyejahterakan rakyat, yang katanya ingin menumpas kemiskinan,
yang katanya ingin membuat Indonesia berdaulat dimata asing, yang katanya blablablabla. . . . . (ah terlalu banyak
“katanya” belum banyak buktinya, ya namanya juga baru katanya) malah sibuk membangun kerajaannya
sendiri, sibuk menyejahterakan dirinya sendiri, sibuk tertidur saat membahas
kemiskinan, sibuk memikirkan strategi agar tetap bisa duduk dibangku panas dan
tertingi di negeri ini (bangku eksekutif, legislatif, dan bangku tinggi lainya).
Kasus korupsi berserakan dimana-mana seperti sampah busuk yang baunya merusak indahnya
lingkungan negeriku tercinta dan membuat kemiskinan, pengangguran, serta kesenjangan
sosial pun semakin terlihat nyata dihadapanku, ketiga hal itu (kemiskinan,
pengangguran, kesenjangan sosial) merusak hati penghuni negeriku, yang dengan
tidak segan menjadi ‘begal’ untuk sesuap nasi. Mungkin mereka punya seribu satu
jawaban untuk menyanggah apa yang aku lihat ini, namun realitanya memang
seperti itu negeriku sedang dibuat jatuh
sakit.
Teruntuk Bapak dan teman-temannya yang katanya berniat (sedang)
merevolusi (mental) negeriku ini, banyak sekali pemberitaan di media massa
terkait bapak dan teman-teman bapak yang memojokkan, berkata dengan nada sinis
tentang niatan untuk merevolusi
(mental) negeriku ini, banyak pemberitaan negatif terkait kinerja bapak dan
teman-teman bapak yang lamban yang mungkin akan membuat penghuni negeri ini perlahan
hilang kepercayaannya terhadap bapak dan teman-teman. Namun bukan itu yang
ingin aku sampaikan pada bapak dan teman-teman, kemerdekaan Indonesia akan
segera kita peringati tapi keadaan Indonesia belum juga sembuh pak malah semakin sakit. Isu-isu krisis ekonomi merebak ke
penjuru negeri, daya beli rakyat melemah pak,
nilai tukar rupiah juga jatuh sakit pak yang
aku rasa bapak dan teman-teman lebih mengetahui dan memahami hal itu semua, belum
lagi moral generasi bangsa yang semakin sakit
pak. Aduh, pak banyak ibu rumah
tangga disekitar rumahku yang mengeluh akibat harga bahan pokok mahal. Aduh, pak banyak generasi penerus bangsa kita
yang sudah sakit moralnya, mereka
kecanduan gadget dan terkena dampak negatif dari penggunaan gadget, banyak dari
mereka yang bergaul dengan teman sebayanya menggunakan kata-kata kasar kebun
binatang, bahkan pada orangtua, guru atau yang lebih tua. Aduh, pak sekarang ini, banyak generasi bangsa
(para pemuda, bahkan anak Sekolah Dasar) yang demen diam di tempat gelap bersama lawan jenisnya, bahkan di tempat
umum sekalipun mereka tidak sungkan untuk melakukan hal-hal yang tidak
bermoral. Apalagi sebagian besar anak usia Sekolah Dasar yang aku temui tidak
hafal pancasila, dan sejarah bangsanya sendiri dalam merebut kemerdekaan malah lebih hafal cerita sinetron yang
bermaskot serigala, lagu-lagu pop yang lagi top, dan game online yang lagi ngetrend. Loro atiku pak lihat itu semua, aku ini mahasiswi keguruan pak jadi merasa sangat miris melihat
kenyataan seperti itu aku tidak mau berjanji pasti bisa memperbaiki generasi
penerus bangsa, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik
generasi penerus bangsa menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan
moralnya pun sembuh pak. Bapak dan
teman-temannya yang berniat (sedang) merevolusi (mental) negeriku ini, tolong
berikan perawatan yang terbaik untuk negeriku ini pak, katakan pada teman-teman bapak supaya berhenti membuat
Indonesia jatuh sakit, karena kalau
tidak demikian untuk apa Indonesia setiap tahun memperingati hari
kemerdekaannya, jika ternyata Indonesia masih dijajah oleh keegoisan sebagian teman-teman
bapak, masih dijajah oleh kemiskinan, masih dijajah oleh kebijakan-kebijakan
yang berputar-putar ditempat, dan masih jatuh sakit seperti ini pak .
Juga teruntuk generasi penerus
bangsa yang membaca surat ini, janganlah kiranya kalian membuat negeriku ini jatuh sakit lebih parah lagi dengan
kelakuan kalian yang tidak bermoral, janganlah juga kiranya kalian menyakiti lagi alam negeriku yang indah
ini demi kepentingan pribadi. Alam negeriku dibuat sakit akibat ulah para penghuninya yang membunuh paru-paru dari alam negeriku, mengotori salah satu gunung
tertinggi dengan sampah, bukan cuma di
gunung tertinggi, bahkan pantai negeriku pun kalian cemari dengan sampah.
Berhentilah menyakiti alam dengan limbah-limbah yang berbau busuk sehingga
ikan-ikan harus meregang nyawa, berhentilah membunuh
paru-paru alam negeriku sehingga kera-kera, dan primata buas lainnya harus
turun ke pemukiman penduduk cuma untuk
cari makan, berhentilah menggusur sawah cuma
untuk dijadikan perumahan. Ayo segera lakukan perubahan, berhentilah
berselfie ria dipuncak gunung atau di pantai, berhentilah sibuk dengan gadget
kalian untuk hal yang tidak penting, ayo segerakan perubahan untuk Indonesia,
apakah aku harus melihat alam negeriku terjatuh
sakit (lagi) saat hari kemerdekaannya diperingati? Apakah tidak ada lagi
rasa cinta kalian terhadap Indonesia? Apakah kalian tidak merasa malu pada diri
sendiri jika ternyata bangsa asing lebih mampu menghargai dan mencintai
Indonesia beserta keindahan alamnya? Apakah kalian tidak merasa sedih melihat
Indonesia, tempat kalian berpijak terus-menerus berada dalam keadaan sakit?. Bung Karno pernah mengatakan “beri aku sepuluh pemuda saja, maka akan
kutaklukan dunia”, tapi apakah cukup hanya sepuluh pemuda untuk menyembuhkan Indonesia? Aku rasa tidak,
dibutuhkan lebih banyak pemuda bahkan seluruh generasi bangsa untuk menyembuhkan Indonesia, artinya semua
yang merasa dirinya anak Indonesia, generasi penerus bangsa baik pemuda/pemudi,
bapak dan teman-temannya yang berniat merevolusi (mental) negeriku tadi harus
berjuang bersama-sama menyembuhkan Indonesia
dan menyembuhkan alamnya yang indah.
Dengan surat ini, aku
merasa lega bisa mengungkapkan kesedihanku melihat negeriku tercinta, tanah
airku yang indah tergeletak jatuh sakit sekian
lama. Melalui surat ini pun aku sampaikan ajakan kepada kalian yang membaca
untuk segera melakukan perubahan, perawatan, penyembuhan untuk Indonesia,
negeriku dan negeri kita semua. Seperti yang dikatakan oleh seseorang kepadaku “jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan
padamu, tapi tanyakanlah pada dirimu sendiri apa yang sudah kamu berikan untuk
negaramu”, ayo berikan yang terbaik untuk menyembuhkan Indonesia agar perjuangan Bung Karno dan kawan-kawan
saat merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah tidak sia-sia. Ayo segerakan
penyembuhan untuk Indonesia. Dirgahayu Indonesiaku.